Museum Lampung…

Nama resmi dari museum ini sebenarnya adalah “Museum Negeri Provinsi Lampung, Ruwa Jurai”. Namun masyarakat lampung sendiri dan saya pastinya, lebih suka atau lebih mengenalnya dengan nama yang cukup singkat, Museum Lampung. Nama itu juga mungkin karena tulisan di atas genting gedung Museum itu sendiri, sehingga masyarakat pun lebih mengenalnya dengan nama Museum Lampung.

Bangunan Museum Lampung ini terdiri dari dua lantai dan keduanya digunakan sebagai ruang pamer. Selain di dalam gedung, beberapa koleksi ada juga yang diletakan di halaman depan gedung. Disusun apik diantara pohon dan tanaman hias.

Kompleks Museum ini menempati lahan yang cukup luas, dan jika melihat maket yang ada didalam gedung, sepertinya masih ada rencana pembangunan dan perluasan area untuk ke depan-nya. Kita tunggu saja, semoga segera direalisasikan.

DSCN2688

Masuk dari pintu tengah gedung, kita akan langsung menemui petugas jaga museum yang dengan ramah langsung menyapa kita,

Disini kita akan diminta mengisi buku tamu dan petugas kemudian akan menyebutkan biaya administrasi atau tiket masuk yang harus dibayarkan jika ingin melihat bagian dalam museum.

Saya dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp. 10.000,-. untuk dua orang, tidak ada tanda bukti berupa karcis atau sejenisnya jadi saya tidak tau pasti apakah memang biaya masuknya sebesar itu atau bukan.
Beberapa tulisan di internet mengatakan kita akan mendapatkan semacam booklet setelah membayar tiket masuk, namun kemarin saya tidak mendapatkan apa-apa, mungkin persediannya sedang habis. 🙂

Lantai satu museum berisikan peninggalan-peninggalan sejarah yang ditemukan di Lampung serta peninggalan-peninggalan budaya yang pernah ada di Lampung.

Di lantai ini kita disajikan diorama letusan Gunung Krakatau, hewan-hewan langka yang ada di Lampung, kerangka dan peninggalan manusia purba, prasasti-prasasti kerajaan sampai koleksi senjata dan numismatik.

Sedangkan di lantai dua, koleksi yang dipamerkan lebih ke arah budaya daerah Lampung. Di lantai dua ini dipamerkan koleksi pakaian adat, alat kerajinan tenun kain, baju dan pelaminan pengantin adat, miniatur rumah adat, alat musik dan banyak lagi benda yang erat kaitan dengan budaya Lampung.

Museum Lampung menurut saya pribadi sudah cukup baik, dua kali saya mengunjungi museum ini dan pengunjung nya cukup ramai.
Koleksi tersusun rapi dalam kotak kaca, walaupun dari peletakan dan susunan-nya itu sendiri menurut saya sepertinya agak kurang teratur, tidak dipisahkan atau dibedakan menurut masa-nya.

DSCN2661

Selain itu keterangan yang ditempelkan di dekat koleksi juga dirasa kurang lengkap apalagi dengan tidak adanya pemandu yang bisa menjelaskan tentang koleksi kepada pengunjung.

Pihak museum sebenarnya sudah menempelkan semacam barcode di kaca tempat menyimpan koleksi. Pengunjung yang memiliki smartphone bisa mengakses informasi dari situ. Inovasi yang cukup bagus, tapi menurut saya keterangan langsung  juga harus tetap dicantumkan.

Saya berharap semoga kedepannya, pemerintah terus memberi perhatian terhadap  keberadaan Museum Lampung ini, agar museum Lampung dan juga museum-museum di Indonesia tidak hanya sekedar menjadi tempat menyimpan benda-benda purbakala atau sejarah saja, tapi juga dapat menjadi pelengkap pembelajaran para siswa dan masyarakat sekaligus tempat rekreasi keluarga.

Satu catatan lagi, beberapa museum di Pulau Jawa yang saya tau, melarang pengunjung untuk mengambil foto didalam museum, tapi tidak untuk Museum Lampung dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, saya tidak tahu apakah ada kebijakan berbeda atau ada alasan lain.

3 comments

Tinggalkan komentar