Natal kemarin, saya dan istri akhirnya berhasil mewujudkan liburan yang sudah jauh hari direncanakan, yaitu jalan-jalan ke Bangka. Agak khawatir juga sebenarnya ke Bangka di akhir tahun, wisata di Bangka kan kebanyakan pantai, sedangkan cuaca di akhir tahun biasanya hujan. Dan bener saja, empat hari kami disana, tiada hari terlewat tanpa hujan. Haha
Hari pertama, 23 Desember 2017
Kami janjian untuk bertemu di Bandara Depati Amir, saya berangkat dari Palembang sedangkan istri berangkat dari Jakarta. Gerimis menyambut kedatanganku di Bangka, kakak sepupu yang menjemput di bandara mengatakan sudah hampir dua minggu ini setiap pagi selalu hujan.
Kami akan menginap di sungai liat, kebetulan saya punya pakwo di sungai liat dan istri juga ada om yang tinggal di kota yang sama. Jadi kami tidak perlu penginapan selama berada di Bangka ini. Perjalanan dari bandara ke sungai liat kurang lebih 1 jam. Dalam perjalanan menuju Sungai Liat dari bandara pun hujan sempat turun sebentar.
Setelah sampai, makan dan istirahat sambil ngobrol kemana aja tempat-tempat di Bangka yang mau dikunjungi, kebetulan diluar masih gerimis jadi ya santai aja dulu. Pakwo merekomendasi kan beberapa pantai yang ada di Sungai Liat. Mulai dari Parai Tengiri, matras, tongaci, tikus mas dll.
Sekitar pukul 2 siang, cuaca sudah lebih bersahabat. Kakak sepupu mengajak kami untuk pergi ke Pantai Matras. Kamipun berangkat ke pantai matras, diperjalanan kami melewati pantai tongaci yang terkenal dengan penangkaran penyu-nya dan pantai Parai Tenggiri.
Kami membayar retribusi sebesar Rp 3000 per orang untuk masuk ke area pantai matras. tapi sebenarnya selain pantai matras ada banyak pantai di sepanjang jalan ini. Kami sendiri berhenti di pantai Turun Aban, kemudian berjalan ke pantai Tanjung Selayang yang ada disebelahnya.



Puas foto-foto dan manjat-manjat batu-batu besar di dua pantai ini kami melanjutkan perjalanan ke pantai matras, tujuan kami yang sebenarnya.



Berbeda dengan dua pantai yang kami kunjungi sebelumnya, fasilitas di pantai matras sudah sangat lengkap, tempat parkir yang memadai, mushalla, kamar mandi dan juga warung-warung makan. Kami gak lama di pantai matras, sholat ashar trus santai-santai sebentar di atas batu yang dibangun jadi untuk mencegah abrasi. Gak lama kami kembali ke rumah.
Hari kedua, 24 Desember 2017
Hari ini sama seperti kemarin, hujan dari malam sampai pagi. Baru agak siang hujan reda. Setelah Dzuhur, sekitar pukul dua siang kami pun kembali jalan-jalan. Kali ini yang mengantar om-nya istri ku. Beliau membawa kami ke Puri Tri Agung dan Pantai Tikus Emas.
Puri Agung ini sebenarnya tempat ibadah, namun banyak wisatawan yang datang kesini,untuk sekedar foto-foto dan melihat-lihat.



Dari Puri Tri Agung, kami kemudian mampir ke Pantai Tikus Emas sebelum pulang. Lokasi Puri dan pantai ini berdekatan soale. Dan Pantai ini sangat ramai dengan pengunjung. Mungkin hari libur dan cuaca yang mendukung membuat masyarakat kota Bangka banyak yang liburan kesini. Banyak aktifitas yang bisa dilakukan di Pantai Tikus Emas selain berenang di pantai, yang suka olahraga air bisa maen banana boat atau jet ski, mau balapan ATV ada, permainan untuk anak-anak juga banyak. Lengkap lah pokoknya, gak salah kalau pantai ini ramai. Tiket masuk kalau tidak salah Rp.3000 per orang, ditambah tarif parkir sebesar Rp.5000.
Malam hari nya kami mengujungi de locomotive, yang masih satu bagian dengan pantai Tongaci, tapi berhubung kalau malam pantainya tutup jadi kami mampir kesini, de Locomotive.




Awalnya saya mengira tempat ini adalah tempat hiburan malam seperti cafe atau pub gitu, ternyata saya salah. Memang didalam nya ada Bar, tapi ada ruang pamer benda-benda kuno, museum, taman dan tempat makan pastinya. Di tata apik dengan lampu-lampu warna-warni tempat ini cocok sebagai tempat santai dan foto-foto kalau malam.
Hari ketiga, 25 Desember 2017
Hari ini kami berencana mengunjungi pantai parai tenggiri, kebetulan pagi ini tidak hujan. Sekitar pukul sembilan kami bergegas menuju pantai parai tenggiri. Pantai Parai Tenggiri adalah Pantai resort jadi tiket masuknya agak mahal, Rp. 25.000 per orang nya.



Sedang asyik-asyiknya menikmati pantai Parai Tenggiri, tiba-tiba hujan turun, sepakat kami pun memutuskan untuk pulang.
Sekitar pukul dua siang dan hujan sudah reda, om mengajak kami untuk jalan lagi, kali ini agak jauh. Tujuan kami adalah Danau Kaolin, orang Bangka biasa menyebutnya Kulong Biru. Perjalanan menunju Danau Kaolin dari Sungai Liat memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Menjelang ashar kami tiba di lokasi, tidak ada tiket masuk yang ada hanya biaya parkir sebesar Rp.5000.-
Menyenangkan sekali bisa berada disini, melihat biru nya air kolam sangat menyejukan. Kami berdua berjalan menyurusi kolam untuk bisa melihat kolam ini dari semua sisi. hahaha




Katanya warna kolam ini bisa lebih biru kalau cuacanya cerah, berhubung hari itu habis hujan jadi warna biru-nya kurang begitu terang.
Hari keempat , 26 Desember 2017.
Hari terakhir kami di Bangka, kami akan pulang hari ini. Saya kembali ke Palembang dan Istri saya kembali ke Jakarta. Jadi tidak ada agenda di hari terakhir ini.
Selepas dzuhur kami berangkat ke Bandara setelah sebelumnya mampir sejenak untuk membeli oleh-oleh di BTS.
Praktis liburan ke Bangka kali ini kami habiskan di Sungai Liat, Pangkal Pinang tidak tersentuh sama sekali, apalagi Mentok. Padahal saya ingin melihat Museum Timah dan Rumah penginggalan Bung Karno. Mungkin lain kali ya… 🙂
Aku udah lama banget gak ke Bangka. Kangen juga sama Parai dan Matras. Dulu biasanya berenang di Matras karena Parai pantainya agak kurang cocok buat berenang, tapi buat nyantai emang jempolan hehe.
Parai emang jempolan… ya namanya juga pantai resort ya..he
matras emang asik.. kemaren juga pengen rasanya nyebur… he
Kolam air tawarnya itu dulu yang menggoda dan jadi daya tarik. Abis berenang air garam, langsung bilas di kolam air tawar alaminya 🙂
dan tiket masuk nya jadi beda kalau mau berenang di kolam… he